Di bawah ini adalah terjemahan Tanya-Jawab Parlemen (Kamervragen) antara Krista van Velzen, anggota Fraksi Partai Sosialis dan Menteri Luar Negeri, Drs. M.J.M Verhagen di Parlemen Belanda pada 4 Januari 2008.
Pertanyaan 1:
Apakah anda pernah mendengar siaran radio OVT tentang peringatan ke-60 peristiwa berdarah di satu desa di Jawa, Rawagede?
Jawab:
Ya
Pertanyaan 2:
1) Apakah Anda mengakui bahwa di Rawagede pernah terjadi eksekusi di tempat (standrechtelijke executies) yang dilakukan oleh militer Belanda yang menyebabkan jatuhnya korban dalam jumlah besar?
2) Apakah Anda sepakat, terutama seperti terungkap dalam pidato Menteri Luar Negeri pada tahun 2005, bahwa dalam melancarkan aksi polisional (baca: agresi militer!) Belanda berada pada sisi yang salah dalam sejarah, dan bahwa sudah saatnya Belanda menyatakan perdamaian dan penyesalan terhadap keluarga yang ditinggalkan dari peristiwa berdarah di Rawagede? Jika tidak, mengapa demikian?
Pertanyaan 3:
Apakah Anda sepakat bahwa merupakan hal yang wajar jika anggota keluarga yang ditinggalkan mengharapkan pembayaran uang pensiun atau tunjangan finansial dalam bentuk lain? Jika ya, bagaimana Anda melihat cara untuk memenuhi hal tersebut? Jika tidak, mengapa demikian?
Pertanyaan 4:
Apakah Anda sepakat bahwa merupakan hal sepantasnya, jika 16 orang keluarga korban yang masih hidup saat ini, diundang ke Belanda, agar pemerintah dapat menyampaikan penyesalannya kepada mereka atas pembunuhan massal di Rawagede pada Desember 1947?
Jawab:
Seperti yang telah diketahui bersama, Mrs. Sorgdrager sebagai Menteri Hukum pada tahun 1995, sehubungan dengan penelitian orientasi dari Kementrian Umum terhadap peristiwa di Rawagede, telah dinyatakan bahwa tentara Belanda telah melakukan pembunuhan massal dimana sejumlah besar korban jatuh. Juga dinyatakan bahwa tuntutan terhadap tindak pidana ini tidak lagi dimungkinkan. Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini juga tidak terlalu ditanggapi dengan berarti (kamerstuk 1190. Tahun rapat 1994-1995). Saya mengikuti hal tersebut.
Pada tanggal 9 desember 2007 seorang wakil dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta, atas nama Duta Besar, hadir pada acara peringatan di Rawagede dimana disampaikan penghormatan dan keprihatinan kepada korban dan keluarga korban dari tragedi ini yang masih hidup. Hal ini sangat dihargai oleh panitia organisasi Indonesia dalam upacara ini. Undangan bagi korban saat ini dalam upaya menyampaikan penyesalan pemerintah, saya rasa dalam hal ini tidak lagi diperlukan.
Dalam rangka peringatan enam puluh tahun “proklamasi” (pernyataan kemerdekaan Republik Indonesia) telah dinyatakan oleh pendahulu saya (kamerstuk 26 049, nr. 48. Tahun rapat 2004-2005) atas nama pemerintah telah disampaikan kepada Pemerintah Indonesia penyesalan mendalam atas cara-cara penuh kekerasan yang menyakitkan yang terjadi, dimana jalan antara Belanda dan Indonesia menjadi terpisah, yang diikuti oleh periode pernyataan kemerdekaan oleh Indonesia pada hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, sebagai akibat dari tindakan Belanda pada masa lalu.
Pada kesempatan tersebut, baik Pemerintah Indonesia maupun Belanda telah menyatakan, bahwa suatu diskusi mengenai kompensasi tidak menjadi bahan pembicaraan dengan demikian telah ditarik garis di bawah bagian dari sejarah bersama tersebut.
Pertanyaan 5:
Apakah Anda sepakat bahwa, sebagaimana tergambarkan dari pidato pendahulu Anda pada tahun 2005, para wajib militer yang menolak aksi polisional (baca: agresi militer) dinyatakan berada sebagai “pihak yang benar dalam sejarah”? Jika tidak, mengapa demikian?
Apakah Anda sepakat bahwa justru benar adanya untuk menyimpulkan bahwa para penolak wajib militer terhadap aksi polisional (baca: agresi militer) tersebut dimaafkan dan seharusnya diberikan kehormatan? Jika ya, bagaimana Anda akan melakukan hal tersebut? Dan jika tidak, mengapa demikian?
Jawab:
Pernyataan dari pendahulu saya pada tahun 2005 berhubungan dengan pilihan politik yang pada saat itu dilakukan dan tidak berhubungan dengan wajib militer Belanda dan penolakan dari beberapa dari mereka untuk ikut dalam wajib militer yang berlaku saat itu. Pertimbangan untuk memberikan pemulihan kehormatan/rehabilitasi kepada mereka yang menolak wajib militer saat itu maka dinyatakan tidak lagi relevan.
Pertanyaan 6:
Dapatkah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan ini di hadapan pertimbangan umum tentang Indonesia, sebelum tanggal 31 Januari 2008?
Jawab:
Ya
-------------------------------------------------------------
Radio 1 journaal dan OVT, 9 Desember 2007: http://geschiedenis.vpro.nl/programmas/3299530/afleveringen/december2007/.
Lihat juga: Trouw, 12 Desember 2007 “Hoog tijd bloedbad op Java te erkennen”:
http://prod.trouw.nl/deverdieping/podium/article867165.ece/Hoog_tijd_bloedbad_op_Java_te_erkennen_opinie
Petisi online terhadap Pemerintah Belanda, yang juga didukung oleh beberapa orang Belanda, dapat dilihat di:
http://www.petitiononline.com/brh41244/petition.html
Wednesday, January 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment